“Hei yang di sana! Aku adalah Dewa Kegelapan! Bukan yang jahat, aku bersumpah!”

Begitu sindiran dewa kegelapan (atau begitulah dia menyebut dirinya) sebelum dia mengirim teman-teman sekelas saya dan saya pergi ke dunia lain, setelah kematian kami dalam sebuah kecelakaan yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun.

Dan betapa hebatnya dia, menciptakan keterampilan baru atas perintah kami dan menawarkan semua jenis dukungan. Bagaimana dia bisa menjadi dewa kegelapan lagi?

… Dulu pasti ada waktu ketika saya berpikir seperti itu, setidaknya.

Kami seharusnya lebih berhati-hati. Mungkin ada lusinan teman sekelas saya yang mengira mereka mendapatkan keterampilan curang yang nyata, sesuatu yang akan membuat mereka tak terkalahkan, tetapi sekarang mereka harus berurusan dengan beberapa dampak yang agak disayangkan. Maksud saya, dia sudah sangat jelas sejak awal bahwa kita tidak akan mendapatkan keterampilan curang yang sebenarnya.

Saya kira mereka mungkin akan menuai apa yang mereka tabur, pada akhirnya.

Oh, aku? Aku bergabung dengan beberapa teman. Kami sudah saling kenal sejak kecil, dan sekarang kami siap menjalani kehidupan yang tidak perlu dikhawatirkan. Dunia baru yang kami masuki ini mungkin terasa seperti sebuah permainan, tapi sebenarnya tidak.